Asri Fitriasari

Dokter Gigi | Founder KIMI | Your Decluttering Companion 🍀

Belajar dari Khadijah

Saat saya mengikuti seminar Pak Jamil Azzaini mengenai Proposal Hidup, di acara tersebut dijelaskan mengenai impian dunia dan impian akhirat. Apa yang menarik bagi saya adalah ketika beliau menceritakan impian akhiratnya yaitu, ingin memeluk Rasulullah SAW di surga kelak. Sehingga apa yang beliau kejar dan kerjakan dalam impian dunianya adalah agar Rasulullah bangga dan ingin memeluknya. Wow, it’s cool, isn’t?

Saya segera bertanya pada diri sendiri. “Lah terus persisnya impian akhirat gue apaan ya?” Perasaan cuma impian dunia aja yang kebayang gambarannya kayak apa. Impian akhirat, masuk surga doang? Kurang bikin greget kalau kata Pak Jamil. It’s everybody’s dream. Too cliche.

Well, kalau Pak Jamil ingin memeluk Rasul. Saya pengen peluk istrinya ajaa. Istri pertama beliau yang begitu setia dan total mendampingi dalam suka dan duka, dalam susah dan senang, dan dalam setiap juang serta menang. Siapa lagi kalau bukan Khadijah binti Khuwailid.

Beliau adalah salahsatu wanita yang Allah jaminkan surga yang terindah di akhirat kelak. Ihhhh pingiiiin sekali yaa rasanya saat ‘istirahat’ nanti kita bisa satu atap dengan wanita surga bidadari dunia ini. That will be my ultimate dream.

Bagi siapa yang belum kenal Khadijah,  dia adalah pengusaha wanita sukses yang pada usianya ke-40 tahun meminang Muhammad bin Abdullah yang berusia 25 tahun. Khadijah besar dari keluarga yang terpandang di kota Makkah pada masa itu. Ia terkenal sebagai wanita yang santun dan istimewa perangainya. Berkat kecerdasan dan ketajaman intuisinya, ia mampu mengembangkan usaha peninggalan suaminya yang pertama dan kedua saat mereka wafat. Khadijah tumbuh menjadi wanita yang kuat secara akhlak, finansial, dan hubungan sosialnya. Maka tak sedikit pula lelaki yang ingin sekali menikahi Khadijah saat ia ditinggal wafat suaminya. Tapi Khadijah menolak dan memilih berjuang sendiri untuk membesarkan 3 anaknya dan mengembangkan bisnisnya tersebut.

Hingga pada satu ketika, Tuhan pertemukan Khadijah dengan pemuda Mekkah yang pandai dalam urusan dagang karena terkenal dengan kejujurannya, yaitu Muhammad bin Abdullah atau sering dijuluki Al Amin (Orang yang Terpercaya). Selain rasa puas karena berhasil melakukan kerja sama dagang dengan Muhammad, Khadijah pun menyimpan rasa kagum pada sosok Muhammad yang sederhana namun penuh karya nyata.

Singkat cerita, akhirnya mereka menikah dan bersama mengemban amanah dakwah penyebaran agama Islam. Bukan hanya sebagai istri, namun Khadijah adalah sahabat terdekat Muhammad saat itu yang menemani beliau berjuang menyebarkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Khadijah adalah orang pertama yang memeluk, menenangkan, dan mendukung Muhammad sepenuhnya saat amanah sebagai Nabi diturunkan padanya. Bukan hanya saja dukungan berupa moril tetapi juga harta yang begitu banyak sudah Khadijah sedekahkan untuk kepentingan ummat. Khadijah dengan cekatan dan juga cermat mengurus semua urusan domestik rumah tangga agar Muhammad dapat fokus dalam bidang bisnis dan dakwahnya. Kolaborasi suami istri yang patut dijadikan teladan bagi saya dan untuk kita semua.

Pernah dengar istilah alpha female? Sosok wanita yang kuat dalam karir dan juga pencapaian hidupnya yang lain? Sebut saja Dian Sastro, Najwa Shihab atau mungkin Oprah. Khadijah adalah salahsatunya, bahkan ia tumbuh dan sudah menjadi inspirasi sejak 14 abad lalu. Kiprahnya dalam dunia perdagangan (karir), penyebaran Islam, dan kerumahtanggan benar-benar membuat kagum milyaran manusia sejak zamannya hingga sekarang, termasuk saya.

Ahhh rasanya terlalu singkat, amat sangat singkat jika saya harus menceritakan keistimewaan Khadijah, sang wanita surga bidadari dunia lewat tulisan kecil ini.

Apa yang saya dapat dari membaca beberapa artikel biografi beliau, baik dalam sebuah buku maupun googling kesini kesitu, ada beberapa poin yang menjadi titik semangat dan inspirasi bagi saya seorang wanita yang sudah menjadi istri dan ibu dari seorang Khadijah.

1. Khadijah menunjukkan pada kita bahwa sebagai wanita, kita harus tumbuh menjadi insan yang kuat dan mandiri. Meski sudah ditinggal wafat dua kali oleh suaminya, ia justru berkembang menjadi saudagar kaya di  kotanya. Terkenal dengan kepiawaian dagang dan kesantunan karakternya.

2. Khadijah menunjukkan bahwa sebagai wanita kita harus tumbuh menjadi insan yang memiliki wibawa, dalam hal ini maksudnya adalah kuat menjaga integritas dan harga diri. Tidak mudah mengeluh dan menyerah pada kondisi.

3. Khadijah menunjukkan pada kita bahwa sebagai wanita kita punya hak untuk menyampaikan gagasan dan keinginan, dengan cara yang baik, proporsional dan cerdas. Dia lah yang meminang Muhammad untuk menjadi pendampingnya. Dia tau apa yang dia mau dan butuhkan, yaitu Muhammad dengan karakternya, yang ia yakini betul mampu melengkapi langkah juangnya. Dalam kasus ini, saya belajar bagaimana Khadijah memadukan antara logika dan rasanya. Berani dan terukur!

4. Meski terpaut 15 tahun lebih tua, tidak menjadikan Khadijah sebagai istri yang dominan dan merasa lebih tau daripada Muhammad, padahal jika dilihat dari pengalaman hidup jelas Khadijah lebih berpengalaman. Namun, Khadijah mampu mendampingi, menyamakan posisi dan patuh sepenuhnya sebagai istri bagi Muhammad. Mampu menurunkan ego dan menyelaraskan setiap misi yang mereka jalani bersama.

5. Khadijah dan Muhammad mengajarkan pada kita tentang kerja sama antar suami istri yang apik. Saling mendukung, tidak saling menuntut satu sama lain, tapi memberikan yang terbaik sesuai porsinya masing-masing.

6. Apa yang Khadijah lakukan adalah semata-mata bentuk pengabdiannya pada Tuhan. Itulah yang sebetulnya membuat beliau tak henti dan tak lelah untuk mengabdi dan mendampingi Sang Nabi.

Setiap episode hidup Khadijah tentu tidaklah mudah baginya, tapi yang membuat saya salut… Apapun kondisinya, dia tetap menjadi Khadijah yang kuat. Khadijah yang terbaik di setiap pencapaiannya. Hingga Tuhan pun menganugerahkan pendamping hidup yang tidak biasa, seorang nabi yang kiprahnya begitu lestari hingga akhir zaman. Ada Khadijah yang selalu menguatkan Muhammad dalam beratnya dakwah penyebaran Islam. Tuhan pun langsung menobatkan beliau sebagai wanita terhormat yang dijanjikan surga.

Duh, rasanya ingin menyamainya saja sudah hadir nuansa nirwana di pelupuk mata. Apalagi benar-benar berjuang untuk memiliki karakter yang sama dengannya.

Wanita sudah Tuhan ciptakan begitu mulia dan istimewa dengan setiap kodratnya.

Karena hidup di dunia, jerihnya adalah untuk beroleh surga, nikmati saja setiap episode ujiannya. Sebagai istri yang taat, sebagai ibu yang mengajarkan banyak manfaat, dan sebagai kader terbaik Tuhan agar keselamatan dan kedamaian semakin luas tercipta.

Semoga kita tumbuh menjadi Khadijah-Khadijah berikutnya bagi pasangan, anak, dan lingkungan kita. Menanam benih kebaikan agar menuai hasilnya di taman surga kelak.

Biarkan setiap tangis dan rasa perih menjadi cerita indah yang akan Tuhan usap dengan kenikmatan tiada bertepi.

Selamat berjuang menjadi Khadijah yang istimewa dalam hidupmu. Semoga Allah mempertemukan para wanita tangguh  dan patuh dalam atap yang sama, surga terbaik di akhirat sana…

Salam hangat penuh semangat,
Asri Fitriasari
Part of Komunitas Ibu Muda Indonesia

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: