Harus aku akui bahwa salah satu sifat (yang bisa dibilang) buruk yang beberapa kali coba diperbaiki adalah selalu butuh validasi atas apa yang sedang dan sudah aku kerjakan, terutama yang bentukannya adalah postingan dan perkontenan heuheu.
Padahal itu sifatnya personal dan preferensi pribadi, tapi nungguuuu banget orang lain untuk merespon, baik itu dalam bentuk likes, comment, dan apresiasi lainnya. Hanya untuk memastikan bahwa apa yang aku opinikan, apa yang aku lakukan, apa yang menjadi concern ku saat ini adalah “benar” di mata orang lain. Kalau misalkan anyep tuh rasanya auto merasa buruk, hina, dan gak worthy. Wow kan betapa selemah itu diriku menghargai diri sendiri hahahaha.
Yaa jadi aku suka merasa bahwa diriku pemuja validasi. Gampang insecure. Takut ditolak. Takut tidak disukai, yang dimanaaaaaaaa MAU SAMPAI KAPAN woyyy melihara asumsi dan pemikiran seperti itu.
Kita semua adalah manusia yang masing-masing nya sedang dan akan terus berproses. Ga ada yang bisa mengerti dan memahami proses yang sedang kita jalani, selain diri kita sendiri. Mungkin beberapa orang akan paham dan ikut mendampingi tapi please banget sih ini mah, kalau kita sendiri gak yakin dan ragu sama proses diri kita sendiri, YA PIYEEE. Gimana ceritanya dan gimana bisa maju kalau dikit-dikit butuh validasi dari kanan kiri. Capek, Chi. Capeeek.
Pick the battle like you always said, dan yaudah setia kemudian percaya aja sama proses yang kamu jalani. Berhenti menjustifikasi usahamu sendiri. Orang gak suka, yaa bodo amat. Orang suka, yaa bodo amat juga. Ini bukan tentang mereka. Ini adalah perjalananmu sendiri. Karya atau kebaikan yang coba kamu hasilkan tentu tujuan utamanya adalah untuk DIRIMU SENDIRI. Jadi belajarlah untuk memuaskan dirimu sendiri dulu, orang lain ikut puas dan bahagia… itu bonus. Itu anugerah, titipan Allah. Atau bisa jadi ujian dari Allah.
Jadi wahai Achi yang suka haus validasi, kurang-kurangin lah yaaa. You’ve done enough. Siap-siap untuk terus naik kelas!
*PELUK DIRIKU SENDIRI*