Asri Fitriasari

Dokter Gigi | Founder KIMI | Your Decluttering Companion 🍀

Cinta dan Ilusinya

Hari ini kondisiku sedang meler, tapi lebih baik. Kemarin sih tumbeng lemes gak berdaya di kasur dengan kondisi tenggorokan dan telinga yang sangat tidak nyaman khas orang yang lagi kena flu.

Hari ini tenggorokan cukup oke, telinga gak ganggu, meski bindeng dan lemes tipis-tipis masih ada. Agak-agak keringet dingin juga lumayan laah. Cuma kalau ditidurin dan bertahan mager pun gak akan bagus untuk badan, terutama mood dan pikiran. I have to move. Gatau sih mau kemana, pengennya jalan kaki satu jam seperti biasa, tapi kayaknya belum sekuat itu. Akhirnya end up di Kuro Koffee Ciumbuleuit (jauh yaaaaa). Pake mobil tentu, bukan jalan kaki.

Hari ini diawali dengan bangun agak siang dari biasanya, karena skip olahraga, kemudian meng-hayoh hayoh Kinanti untuk segera mandi dan siap-siap sekolah. Aku pun tergerak untuk mandi juga dan siap-siap pake baju pergi. Semacam emang udah niat pengen ngayap dari rumah hari ini. Seberesnya drop Kinanti di sekolah, aku ngeng ajaa gatau mau kemana (tadinya), tapi setelah memasuki area kota, aku tau sepertinya hari ini aku sedang ingin berdiam di mana. Ya jadilah di Kuro Koffee Ciumbuleuit ini. Kedai kopi yang cukup istimewa buatku, karena beberapa kali ke sini ketika sedang merasa buntu. Dan untungnya cukup sepi, karena terakhir aku ke sini, ramenya luar biasa. Tadinya mau sekalian ngecek strap masker yang kayaknya hilang dan tertinggal di sini, tapi gaada. Sad.

Yaudah.

Oke, hari ini aku mau mencoba memindahkan isi kepala dengan judul Cinta dan Ilusinya. Katanya, kita gabisa hidup tanpa cinta. Bahwa cinta adalah segalanya dan maha daya. Tapi sering juga kan yaah cinta bikin kita merana, dan gatau harus apa. Cinta yang kita pikir harus berujung pada kepemilikan, tapi ternyata engga juga. Gak sedangkal itu. Gak serta merta seperti itu.

Tidak sekali tentu aku merasakan jatuh cinta. Merasakan rasa bahagia yang aku dapatkan ketika ada sesuatu di luar diriku. Entah itu pada seorang manusia, panorama, atau keadaan yang membuat aku merasa riang dan penuh gembira. Cinta bagiku begitu kompleks bentuknya. Tercampur rasa sakit dan perih. Tercampur rasa lelah dan gundah. Cinta, ada kalanya meringankan hidup. Ada kalanya terasa berat untuk menggapainya. Butuh pengorbanan, butuh ego yang meluruh, dan nafsu yang terkelola. Ah ribet deh pokoknya. Hahahahaha..

Terus yaa aku jadi berpikir, bisa jadi banyak cinta dan rasa suka yang sebetulnya ilusi semata. Seperti yang iya, padahal ia hadir untuk merefleksikan luka dan sesuatu yang belum ada. Karena seharusnya cinta yang sebenarnya, menuntun kita untuk melakukan hal yang benar. Menjaga kita untuk tetap pada kebaikan. Jika terjadi sebaliknya, kemungkinan itu hanya ilusi semata.

Kita, sebagai manusia, fitrahnya kan terus berjuang untuk meng-utuh-kan diri kita dari segi jasad dan juga ruh (woowww udah mulai berat yaa bahasannya bawa-bawa jasad dan ruh segala). Dan dalam perjuangan itu, dalam perjalanan itu, Sang Pencipta mengenalkan kita dengan berbagai macam RASA. Memberikan kita pengalaman yang memantapkan nalar. Hanya jika kita mau berlapang hati untuk jujur dan tulus melihat dan menyadarinya.

Oke, kita coba cari dulu deh yaa definisi dari ilusi itu sendiri. Kalau kata Mas Wiki, Ilusi adalah distorsi indera, yang dapat mengungkapkan bagaimana pikiran biasanya mengatur dan menafsirkan rangsangan sensorik. Meskipun ilusi mendistorsi persepsi kita tentang kenyataan, mereka umumnya dimiliki oleh kebanyakan orang.

Nah loh jadi gimana yah maksudnya. Emmm aku coba bikin penafsiran sendiri deh yaa wkwkwk (gausah diterima serta merta, kontra is gapapa). Bisa jadi kita merasa/berpikir bahwa apa yang kita rasakan itu CINTA, padahal sebetulnya rangsangan yang kita terima itu persepsi aslinya adalah RASA SEDIH, RASA SEPI, RASA HAMPA, yang seakan-akan dicitrakan sebagai CINTA pada suatu zat, baik itu seseorang atau sebuah kondisi. Jadi jangan dulu menyimpulkan aku mencintai dia, aku marah sama dia, aku rindu sama dia, karena bisa jadi itu hanya ilusi, atau bias dari yang sebetulnya kita butuhkan dari dalam dasar diri, Huffff.. bisa gak sih Chi gausah pelik-pelik amat hahahaha.

Entaah yaa, mungkin karena aku pribadi tidak sekali jatuh dan terjebak pada ilusi itu sendiri, sehingga membuatku mengambil keputusan konyol, yang konsekuensinya harus aku tanggung dan hadapi cukup lama. Menyesakkan. Mengcapeeek.

Maka, dari renunganku hari ini, yang dipindahkan dalam tulisan di blog ini. Aku berkesimpulan bahwa apapun rasa yang datang, mungkin jangan dulu kubuat dalam bentuk kesimpulan bahwa itu cinta, marah, kesal, kecewa, atau rindu. Ada baiknya aku bersabar dan berupaya sekuat tenaga untuk berlaku jernih terlebih dahulu. Dengan harapan, tindakan yang aku lakukan selaras dengan kondisi yang sebenarnya. Bukan tindakan yang memberikan respon pada ilusi. Agar supaya hidupku tidak semakin menyimpang dari yang hakiki. AAMIIN.

Sekian tulisan sok seriusnya, Mohon maaf kalau ikut pusing. Selamat kalau jadi ikut mikir.

Bahagia sejati untuk kita semua *cheers!

#TulisanAchi #18

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: