Asri Fitriasari

Dokter Gigi | Founder KIMI | Your Decluttering Companion 🍀

INNER CHILD

Wadaw gak? Hahahaha..

Sejujurnya hari ini cukup soak energiku untuk menulis dan upload postingan, tapi yaa masa baru hari keempat udah mangkir. Tahan dulu Alexandraaaa (padahal nama ku Achi, Alexandra sapa dah..). Dengan sisa-sisa tenaga yang kupunya, aku harus memaksakan menulis meski sedikit tapi tetap terjaga konsistensinya. Eh terus dia malah kasih judulnya INNER CHILD! Ringaaaan yaaa Ibu hahaha..

No. Aku tidak akan bahas yang berat-beratnya dulu. Panjang nan berliku Kak kalau kita bahas inner child dengan benar. Tapi di sini aku hanya ingin menyampaikan bahwa ada hal yang penting di balik inner child, setidaknya bagiku. Karena adaa aja di dunia ini yang menolak paham inner child untuk merunut kisruh yang terjadi di masa kini, masa dewasa. Aku pribadi terbantu banyak sekali mengungkap jawaban dan puzzle hidup yang hilang ketika aware dengan kondisi inner child ku.

Apa sih, gimana sih, bagaimana sih nya inner child tidak akan aku bahas di postingan ini. Selain complicated, kayaknya aku masih perlu belajar lebih dalam lagi untuk bisa menjelaskan dengan proper. Sederhananya, inner child bagiku adalah kumpulan pengalaman dan kumpulan rasa yang belum tunai menemukan muaranya. Ketika kita masih kecil, masih dalam pertumbuhan, pasti ada dong yah kejadian yang kita simak atau perhatikan… secara panca indera kita rekam kejadiannya, tapi secara emosi dan kematangan mental kita masih blah bloh memaknainya. Waktu kecil kita masih belum pandai dan kikuk menyikapi rasa sedih, marah, takut, kecewa, dan lain sebagainya… NAH, hal-hal yang masih belum tunai di masa kecil, baik itu berupa luka, trauma, atau kejadian absurd pada masa itu, akan terus mengejar kita hingga akhirnya kita paham secara akal dan rasa itu tuh harus diapakan. Kurang lebih itu sih yang aku maknai tentang inner child. Ini aja dulu, karena yaa seperti yang aku bilang tadi, agak complicated bahas inner child ini.

Pernah suatu waktu aku melakukan konsultasi pada seorang ahli tentang inner child ini, aku bertanya bagaimana kita tau dan mengingat kejadian yang membuat luka/jejas di batin kita? Jawabnya, tidak harus juga diingat secara detail apa, bagaimana, dan kapan kejadian saat itu. Itu juga boleh, tapi hal sederhana yang bisa kita lakukan adalah bersedia memberi jeli dan juga jeda untuk MERASA. Mengenali tarikan dan dorongan emosi yang mendominasi batin kita. Di kejadian masa kini, apa sih yang cenderung bikin kita senewen? Pelan-pelan ajaa diulur ke masa lalu nya. Kalau ketemu yaa bagus, jadi kita bisa kasih ruang emosi yang mungkin dulu tidak menemukan wadah yang tepat untuk keluar dan dialirkan, jadi bisa ketemu sama wadahnya sekarang. Kalau gak ketemu, yaa at least emosi dan rasa yang hadir saat ini coba kita latih untuk mengalir dan menemukan tempat baru yang tepat.

Aku pun berpikir, mungkin analoginya kayak air di saluran pembuangan yaah. Emosi, mau yang baik atau yang buruk yaa harus mengalir. Karena kalau mandeg dan jadi genangan, hanya akan mengundang yang namanya penyakit. Namanya juga saluran air, yaa harus mengalir.. Sesuatu yang mengalir dan mengalami siklus revitalisasi akan baik efeknya ke banyak hal. Baik aliran air, maupun aliran emosi.

Nah kan jadi panjang hahahaha, padahal niatnya cuma mau bahas sedikit ajaa.

Yang jelas, di masa sekarang ini… daripada kita menghabiskan energi untuk membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain gegara keasikan mantengin media sosial. Merasa paling benar atau paling beres sedunia, atau merasa paling menderita dan gak mampu melakukan apa-apa, alangkah baiknya kita memanfaatkan energi yang kita punya untuk sadar akan emosi diri sendiri. Mengenali tarikan dan dorongan badan, hati, juga pikiran dalam mengolah rasa dan menyikapi kejadian. Melatih respon untuk semakin baik dan bertanggung jawab. Tidak asal reaksi. Tidak asal beraksi.

Semoga kita dipertemukan dengan asal muasal alasan kenapa kita tumbuh seperti begini, kenapa kita senang dan inginya begitu. Agar supaya tidak menambah daftar panjang luka atau trauma untuk disembuhkan.

Oyaa, gak usah langsung lesu duluan yaaah untuk mau merapikan masa lalu dan menata masa depan, insya Allah kalau semangatnya dalam rangka ibadah dan mendekatkan diri padaNYA, efek yang kita dapat pun akan waah mewaah! Jadi, bersemangatlah wahai kawaaaan. Allah cintaimu sebagaimanapun kamu. Percayai itu 🙂

Day 4 #60hari33Asrifit

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: