Asri Fitriasari

Dokter Gigi | Founder KIMI | Your Decluttering Companion 🍀

Jangan Lari Lagi

Malam tadi saya cukup stress. Ada pekerjaan koas yang saya tunda selama 2 minggu tidak dikerjakan, dan malam tadi saya memaksakan diri untuk memulai. Ayolah Chii, mau didiemin sampe kapan kerjaannya?

Bismillah, setelah ngumpulin mood 2 minggu. Ditemenin sambil nonton film musikal juga di laptop. Jadi lebih betah buat duduk di meja kerja.

Lalu tetiba rungsing mulai menyerang ketika sumbu alcohol torch nya kepanjangan dan pas ditarik malah mendelep masuk. Jadilah saya uyek-uyekan dulu benerin alcohol torch nya. Mulai deh dari situ agak bete.

Ditambah konsistensi wax dan gips putih nya yang kurang enak. Proses pengerjaan pun jadi mulai horror dan drama. Pada dasarnya saya itu anaknya gak sabaran dan clumsy parah, tapi suka pengen punya hasil yang sempurna, rapi tanpa cela. Hahahaha.. Kadang saking pengen sempurna, terlalu effort di perencanaan dan gak mulai-mulai buat eksekusinya. But I have to change. Kalau nungguin semua kondisi enak dan paripurna yaa gak akan selesai-selesai. Seorang ahli itu adalah dia yang bisa sampe garis finish dengan apapun hambatan yang harus dia hadapi. Jadi jangan berharap ga ada kendala atau kesusahan, itu mustahil namanya.

Belum rapi. Belum selesai. Tapi udah cantik buat difoto. Namanya Tanggul Gigitan.

Dan ini sebenarnya yang jadi elegi saya dalam menyelesaikan koas. Inginnya sempurna, selalu ingin menghindari konflik, menghindari gagal, gamau ribet, tapi gak sabaran dan suka menyepelekan. Penyakit banget kaaan 😂😭

Akhirnya jadi sering kabur, dan bikin-bikin alasan serta pembenaran. Sedikit-sedikit gak sadar udah mau 5 tahun saya kabur untuk gak deal with apapun yang ada di kehidupan koas. Ya ampuuuuun.

Ngerjain tanggul gigitan malam ini bikin saya flashback sama kelakuan-kelakuan gak banget yang bikin saya stuck dan gak kelar-kelar masa studinya. Yang ternyata merupakan refleksi sikap saya dalam menghadapi permasalahan hidup lainnya. Selalu ingin yang sempurna, tapi cenderung menghindari konflik dan kegagalan, seneng lari dari proses dan akhirnya menyepelekan. Innalillahi…. Mau sampe kapan hidup kayak gini?

Tadi malam pun pengennya nyerah aja. Gatau deh gimana pokoknya pengen berhenti. Nyesek banget ngerjainnya. Susaaaaaah. Tapi sih kalau dipikir-pikir, udah banyak juga kerjaan koas yang susahnya bikin ampe nangis but at the end saya bisa, dan itu semua lewat juga. Jadi yaudah sih Chii, kerjain aja. Jalanin aja. Enjoy the proses. Jangan lari lagi. Karena kemanapun kamu lari, apa yang seharusnya kamu selesaikan akan terus menghampiri.

Jam 23.30 saya japrian dengan rekan sejawat yang udah duluan lulusnya. Numpang curhat dan ngeluh hihihi. Teman tidak tau diri. Ngehubungin tengah malam buat bikin rusuh. Dulu, saya sama dia partner in crime banget kalau urusan ngerjain kerjaan lab kayak gini. Sama magernya, sama dodolnya, sama oonnya. Tapi dia udah bisa lewatin itu semua, gua mah beluuum 😭

Saya mengeluarkan semua keluhan dan apa-apa yang nyesek di dada selama ngerjain tanggul gigitan (step yang malam tadi saya kerjakan), sekalian minta pencerahan. Shali, dengan sabar nemenin saya dan ngasih beberapa masukan. Ada beberapa chat dari Shali yang bikin semangat sekaligus nusuk juga.

Ini spoiler curhatan tadi malam.

Orang di luaran sana memang udah jobdesk nya rajin dan sangat telaten nanya, Kapan lulus? Kok belum beres juga? Emang segitu susahnya dsb dsb dsb? Somehow, omongan orang yang kayak gitu dan sangat sering masuk telinga bikin kita ingin memangkas proses. Membuat mereka diam dan berhenti bertanya lagi. Tapi kan ngapain juga kebawa drama dan menyusahkan diri sendiri sama bagian tugas orang lain. Orang lain tugasnya bertanya dan komentar. Tugas kita menjalani sesuai track dan porsinya.

Kuakui. Hahaha kayak lirik lagu aje… Selama ini saya suka ribet sama omongan orang, bawaannya jadi mental korban. Bawaannya jadi ga fokus dan gak ENJOY sama proses. Gak menghargai dan memaknai perjalanan diri saya sendiri. Jadinya berasa kosong dan hampa. Jadinya pengen kabur aja bawaannya. Karena saya sendiri yang bikin suasananya ga betah. Bukan untuk dirisaya, tapi untuk bikin orang diam, atau bangga. Capek ternyata.

Huffff ini bahasan jadi kemana-mana yaaah hahaha. Monmaap. 10 tahun cuyyyy. 10 tahun saya masih stuck di kampus ini. It must be A LOT of lesson that I learned. Terutama tentang hidup dan pengenalan diri saya sendiri. Harus ada yang bisa saya ambil hikmahnya. Karena buat mahasiswa angkatan bubuk macam saya mah, udah masuk jurusan ambil hikmahnya.

So, apa hikmahnya Chii?

Hidup itu meminta kita BERPROSES. Tidak akan ada hal sempurna atau paripurna atau istimewa atau membahana tanpa sebuah kendala, drama, dan kegagalan. Gausah repot-repot menghindari konflik, karena itu sudah jadi bagian dari cerita yang harus kita jalani. Karena dari konflik itulah kita akan belajar teguh dan juga tangguh. Terakhir, belajar dari curhatnya Shali yang ini…

Jangan pernah MENYEPELEKAN proses. Live the life. Hadapi yang harus dijalani saat ini. Karena semua kabur-kaburan itu selalu diikuti konsekuensi. Awareness itu penting. Paham dengan situasi dan bisa enjoy menjalani. Biar gak ada lagi unfinished business yang menghantui.

Dalam hal apapun dalam hidup.

Semoga curcol pagi ini bisa bermangpaat yaah. Selamat melanjutkan hidup.

Have a GOOD Monday yah. Kasih madu dulu pagi-pagi biar hidup jadi manis! 🙂

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: