Kemarin abis ribut cukup serius sama suami. Sampe kudu diem-dieman selama 2 hari. Ditambah ada tugas kantor yang bikin dia gak pulang selama 2 hari itu. Perfect moment buat kita sama-sama take some space dan mikir dengan bener. Apa yang salah, mana yang berlebihan, dan mana yang seharusnya gak boleh diabaikan.
7 tahun pernikahan ternyata bukan waktu yang cukup bagi saya dan suami untuk saling kenal, benar-benar saling kenal. Eh, emang untuk kenalan sama pasangan hidup ada waktu yang cukup gitu? Rasanya tidak. Menikah itu kan memang gerbang awal kenalan sama orang from A to Z balik lagi ke A sampai ke Z, and repeat, ampe mati kalau iyaa jodohnya ampe mati.
Lelah? Yaaa kalau lagi sengklek otaknya sih yaa pengen bilang lelah. Pengen banget nyerah. Apalagi kalau pake bumbu-bumbu drama india dan telenovela. Ya Tuhan kenapa dia gitu banget. Kayaknya aku gak cocok sama dia. Kayaknya dia bukan cinta sejatiku. Kayaknya bla bla bla bla… Udah pasti bawaannya pengen nyerah…. Karena ngerasa stuck dan bosen kalau masalahnya itu lagi itu lagi. Iya gak?
2 hari kemarin dengan derai-derai air mata dan mencoba menarik benang merah cerita cinta setelah hampir 7 tahun bersama, perlahan saya mulai sadar…. Ada banyak hal di dunia ini, terutama sama pasangan, yang kita gak bisa memaksakan kehendak atau kondisi. Ada banyak hal yang sangat gak penting dan memang gak boleh untuk dibandingkan satu sama lain. Karena kondisi tiap orang beda. Variabel ujian tiap orang beda, dan hanya Allah yang tau racikan turbulensi konfliknya harus seperti apa. Sesuai dengan doa yang kita minta. Sesuai dengan maksud Allah ingin menjadikan kita sebagai manusia yang seperti apa, yang sekuat dan setangguh apa.
Jadi sebelum membedah kasus saya kemarin dengan suami, hal pertama yang saya lakukan adalah STOP MEMBANDINGKAN dengan kondisi apapun, dengan siapapun. Gak akan pernah jadi solusi. Fokus chi, ini lingkaran kamu sendiri. Be present for your life dan be HONEST.
Yes. Honesty. Kejujuran… Adalah kata yang amat sangat cliche tapi dalam mempraktekannya butuh kekuatan super power dan super waras. Terutama jujur sama diri sendiri. Sakiiiiit loh itu. Bener ga sih? Jujur dan mengakui andil dalam sebuah masalah adalah salahsatu tindakan pahit yang paling enggan dilakukan oleh setiap manusia. Terutama kalau lagi ribut sama pasangan. Tapi itu HARUS. Karena kalau engga, cuma ego yang adu perang. Api lawan api hanya akan menghasilkan sekam yang semakin membara.
2 hari gak ketemu. Dan akhirnya kita coba duduk bersama. Diskusi bareng. Dari hati ke hati dan saling jujur sama pasangan. Jujur juga sama diri sendiri dan SADAR atas semua yang diucapkan. Emosi dikit sih ada, tapi karena sudah nabung nafas biar bisa sama-sama tenang, kalaupun ada emosi yang muncul, bisa dihandle dengan baik. Ditambah kita ga segan untuk ngobrol sambil pegangan. Buat kita itu ternyata cukup membantu untuk tetep sama-sama napak. Gak ada yang tiba-tiba terbang terbawa arus marah dan hilang menghindari percakapan. Toh kita bertemu dan akhirnya menikah pun karena kita pernah sayang-sayangan. Jadiiii sini sini sayang, aku pegang yaaa tangannya… Hihi… (padahal mah lagi sama-sama awkward)
Dan ngatur napas sih udah paling mujarab. Napas bener sambil istighfar. Karena pertengkaran antara dua insan (tsaelaah haha) pasti hasil kontribusi dari keduanya. Duanya mungkin memang punya alasan untuk merasa benar. Tapi dua2nya pun pasti punya andil dalam melakukan kesalahan. Dan bikin sakit hati satu sama lain. Dengan catatan, mau sama-sama JUJUR.
Akhirnya diskusi selama kurang lebih 2 jam, diskusi yang cukup mencekam dan berakhir mengharukan itu berhasil membuat badai dalam biduk rumah tangga kami bisa teratasi dengan baik. Alhamdulillah… Duh, biduk banget nih bahasanya πππ
Dan 2 hal yang menjadi catatan bagi saya pribadi dari konflik yang kemarin kami hadapi adalah…. Stop membandingkan kondisi dan cobalah fokus sama apa-apa yang sudah ada dan apa yang sudah dipunya. Tau sih teori ini tapi prakteknya bokkkk, kemringetaaan! ππππ
Benerin komunikasi itu pr tiap hari untuk menyamakan persepsi, afirmasi, asumsi, konsolidasi, dan reboisasi. Hutaaaan kali ah direboisasi hahaha π Dan yang jelas mah, biar gak semaput dan bikin kondisi makin kacrut, jujur pada diri sendiri itu lebih penting sebelum kita jujur sama pasangan. Ketika kita mau sadar sama posisi kita sendiri, apa yang sebenernya sudah kita lakukan dan apa yang belum kita lakukan, apa yang sebenarnya kita perjuangkan dan apa yang kita sering abaikan… Jujur sama diri sendiri akan membuat kita lebih tenang untuk menyikapi tindakan atau perkataan ngeselin dari pihak lawan, di bahasan ini adalah suami.
“Oke, aku emang salahnya di sini… Di sini dan di sini. Aku kurangnya di sini dan di sini. Aku gak sanggupnya di sini dan di sini…” secara lisan, di dasar hati, dan juga dalam pikiran. Kompak ngakunya. Konmpak jujurnya.
Ketika kita bisa kayak gitu, ternyata kita jadi lebih mudah juga menghargai pasangan. Kita bisa lebih terang melihat kebaikan dan kelebihan pasangan… Bisa lebih bijak dan juga paham akan ketentuan Allah atas semua kejadian dan kenapa harus sama dia untuk menyelesaikan semuanya.
Beuuuh kayak yang gampang yaah padahal prakteknya sih banjir keringet dan nangis darah mbaaaakkk hahaha..
Kita bisa lebih TERANG lihat petunjuk untuk masalah kita ketika berhenti membandingkan dan menyamaratakan keadaan. Gampang? Engga. Apalagi kalau kita jamaah garis keras Pathiniyah, Instagramiyah dan Fesbukiyah. Bawaannya pengen ajaaa gitu tukeran hidup sama orang lain, macam kita bisa sanggup dan mendadak happily ever after. BIG NO…Β Kita boleh membandingkan sesuatu pada hal-hal yang sifatnya gak terlalu complicated macam kehidupan pernikahan dan pengasuhan anak. Ini pendapat ane pribadi sih gan. Karena mau sebanyak apapun artikel, ilmu, curhatan tetangga sebelah atau berita-berita di linimasa (yang gak sedikit mengandung racun hoax) yang kita kunyah dan telen… Itu gak akan seribu persen langsung mujarab tokcer mantap seng ada lawan untuk masalah kita di rumah.
Jangan dibanding-bandingkan.
Terakhir saya berani membandingkan itu yaa bandingin produk-produk skincare dan kosmetik yang belakangan ini lagi hits sejak beauty vlogger merajalela di linimasa. Ada satu produk sabun organik homemade buatan temen yang saya bandingkan dengan produk sabun pabrikan yang biasa dipake selama ini.
Nama produknya Taralicious. Bisa dicek di akun instagramnya diΒ sini. Saya baru beli sabun batangan nya dan dicoba dipake mandi selama sebulan kemarin. Ternyataaaaa enak bener dipakenya. Kulit terasa lebih kenyal, bisa bantu masalah bau badan karena keringet yang berlebihan, dan yang jelas aman karena mengandung bahan yang ramah lingkungan. Tara itu bagi saya adalah sabun yang punya karakter. Mungkin karena yang bikinnya bener-bener dari hati pake cinta dan apiiik bener selama prosesnya, mulai dari pembuatan hingga packing, jadi berasa juga enaknya ketika digosok-gosokin ke badan. Emmm gimana yaaa jelasinnya… cobain aja deh produk Taralicious dan BANDINGKAN dengan produk yang selama ini kalian pakai. Pengalaman yang kalian rasakan akan bercerita lebih lengkap dan terpercaya.
Buka akun IG nyaΒ @tarabeautycompanyΒ , follow dan lakukan pembelian deh… Biar bisa membandingkan mana yang lebih cocok di hati dan di badan…
Inget, sabun masih boleh lho dibandingkan… Pasangan sih jangan yaaaa πππ
Selamat mandi besar (pake sabun Tara tentunya) bagi para pasangan yang berhasil akur dari tragedi besar dalam hidupnya hahaha ahiwww π
Salam sayang dan salam juang,
asriFit / my random curhat sila follow twitter @asriFit
Salahsatu anggota Geng PasanganMuda yang Masih Merangkak Mengenal Cinta dalam Pernikahan agar Tercipta Keadilan bagi Seluruh Rakyat Semesta Raya. AAAAMIIIIINNN…
Gak sabar nunggu paketan TARA nyampe rumaaah πππ
One response to “Membandingkan”
Meyatukan 2 kepala dan ego masing2 itu emang sulit dalam menjalani rumah tangga. Tapi kalo kita bisa melewati itu, InnsyAllah derajat kita akan di naikkan oleh Sang Pencipta. :D..