H-4 menuju pernikahan si sahabat karib sejak embrio
Tulisan ini spesial saya posting untuk neneng Risma Putri Indah Mentari yang dalam hitungan hari akan menikah. Akkk!!!
Kecepetan siii. Pengennya nulis dan posting H-1 tapi berhubung saya orangnya pelupa dan H-1 ada tugas negara ke Tasik, jadi lebih cepat lebih baik lah yaa..
Baik mari kita simak bersama sebuah tulisan dari hati dari seorang sahabat karib untuk sahabatnya yang akan melepas masa lajang… Bismillahirrahmaanirrahiim..
Neng, ini tumben banget sih aku mau nulis beginian untuk temen yang mau nikah. Mungkin karena kita berdua udah gak sesering dulu ketemu dan ngobrol kenyang kayak waktu SD, SMP, dan SMA dulu. Amat sangat jarang. Jadi aku tumpahin semuanya lewat tulisan aja. Lucu sih yaa, tiap ada kesempatan kita ketemu dan ngobrol. Sensasinya selalu sama. Selalu sama-sama ngomong, “AH CUMA SAMA KAMU AKU BISA CERITA KAYAK GINI!!!”
Neeeng, akhirnya, finally yaaa setelah berkelana dengan cinta yang ini dan yang itu… Kang Fikri lah yang menjadi pria terakhir kamu. Pria yang siap mengambil tanggung jawab yang super berat itu. Tanggung jawab penuh atas kamu dan anak-anak kamu di depan Allah nanti. Waw!
Aku gak akan memberikan wejangan tingkat nyonya. Aku gak punya itu neng. Karena aku pun masih merangkak dan meraba-raba.. masih berjuang dan terus memperbaiki hubungan yang unik dam rumit ini.
Pernikahan adalah suatu hal yang menjadi idaman dan impian penuh bunga bagi siapa saja yang mendamba. Aku pun begitu. Gerbang yang sangat indah dan penuh ornamen cerah ceria itu menyedot perhatianku dari apa yang ada di dalamnya. Ternyata di dalamnya amat sangat rumit. Roller coaster level dewa. Ada saatnya bahagia, bahagiaaaa banget. Ada saatnya sedih, sediiiih banget. Aku emang cukup drama untuk menghadapi setiap fase dalam pernikahan ini, Neng. Maju mundur maju mundur maju mundur cantik jadinya. Beruntung sekali Allah menganugerahkan aku sosok pria yang super sabar dan dewasa dalam ngadepin aku yang bocah begini.
Tau gak neng… ternyata saat menikah aku diajarkan bahwa ternyata mencintai itu lebih powerful daripada dicintai. Maksudnya? Iyaa, secara sadar dan tanpa sadar ketika kita menikah. Ketika pasangan melingkarkan cincin cantik di jari manis kita, saat itulah kita berteriak pada hati, “ASIIIKK.. Mulai saat ini aku punya seseorang yang akan membahagiakan aku setiap saat…”
Kenyataannya, SALAH BESAR.
Tidak ada yang dibahagiakan. Karena keduanya ingin dibahagiakan.
Hah, bingung kan…
4 tahun menikah… aku ngerti bahwa ternyata ketika gelitik hati ingin dibahagiakan, justru bahagia itu tidak kita dapat. Bahagia itu seperti mudah menguap. Karena menikah ternyata bukan tentang dibahagiakan, tapi MEMBAHAGIAKAN. Membahagiakan orang yang sebelumnya tidak ada dalam hidup kita.. suami, anak, mertua, ipar, dan kumpulan lainnya yang mengikuti.
Apakah lelah? Apakah rumit? Apakah sakit? IYA.
Kita harus mengajak ego dan nafsu pribadi untuk berkompromi. Karena membahagiakan itu cukup sulit. Susah di awal aja sih, udahannya adalah kepuasan yang tak dapat diuangkan. Berapapun banyak digit di belakang.
Hampir semua orang bilang menikah adalah ibadah, hampir semua orang bilang menikah adalah menggenapkan separuh agama… Tapi, semua orang yang bilang gitu seringnya lupa kalau yang namanya ibadah dan menggenapkan agama kuncinya adalah dekat dengan Tuhan. Alhamdulillah lewat menikah, aku pribadi mengenal Allah lebih jelas. Mengenal Islam lebih dalam. Betapa indahnya. Betapa sempurnanya… itu yang selalu menjadi kekuatan dan semangat dari apapun masalah yang terjadi. Selalu Allah tempat curhat dan menangis… nikmat sekali..
Dan apapun kekecewaan yang hadir, yakin aja kalau pasangan hidup yang sudah halal adalah keranjang untuk mengantongi pahala sebanyak-banyaknya. Apapun kondisinya.
Dulu waktu pacaran, mau calon senyebelin apapun selalu bikin kita merasa happy dan pengen ketemu. Waktu belum nikah, yang pait jadi manis. Tai kucing juga rasa coklat. Kalau udah nikah, sebaliknya neng… asli. Yang biasanya bikin kita happy bakal kerasa biasa ajaa.. yang dulu biasanya kita mikir ‘ih so sweet’ malah mikir ‘ih pait!’ yang dikira pengen ketemu tiap hari, selalu liat mukanya tiap waktu adalah keromantisan.. kalau udah nikah, be-ru-bah. Gakan segitunya.
Jadi biarkan perasaan apapun itu bentuknya yang ada di dalam hati, biarkan bersemi sesuai porsi. Orang yang akan kita nikahi adalah sama-sama makhluk. Gak ada yang lebih baik dari siapapun. Harus sama-sama kuat (minjem quote-ya novel Sabtu Bersama Bapak) Kita yang milih, maka telusurilah kedalaman hati dan pikir pasanngan dengan dzikir dan rasa syukur yang gak pernah abis.
Aku sering banget kesel dan sebel sama Omin.. tapi pada akhirnya aku selalu pengen bilang sama semua orang, kalau gak ada dia dalam hidup aku… kalau gak ada dia yang jadi temen curhat aku pas mau bobo.. aku gak akan jadi aku yang sekarang, aku yang lebih baik (menurutku) dari yang waktu dulu.. aku gakan sekuat dan setangguh ini. Aku bahagia dengan pernikahan. Aku bahagia hidup dengan pasangan yang halal..
Aku harap tanggal 25 Januari 2015 nanti akan menjadi garis start kamu untuk merasakan kebahagiaan yang sama dengan apa yang aku rasakan, bahkan mungkin lebih…
Maaf gak bisa bantuin segala tetek bengek persiapan nikahan.. maap gak sempet ngobrol panjang hingga larut malam dalam rangka melepas masa lajang.. tenang aja, kita masih punya waktu seumur hidup buat ngobrol seru dan saling belajar. Congrats yaa Neng.. aku amat sangat bahagiaa.. semoga kamu segera dianugerahi anak yang shaleh dan shaleha…
Kado pertama dari seorang Asuri.. sebuah tulisan tentang pernikahan.. semoga bermanfaat…
Love u Risuma!