
Srupuuuuuuut!
Asik juga nih topik hari ini. Meski bukan pecinta kopi, tapi saya termasuk orang yang seneng kalau diajak nongkrong di kedai kopi. Bisa sampai seharian penuh! Bukan karena kopi-nya sih.. Emang demen aja nongkrong ^^ Secara kopi yang dipesen paling banter cappuccino mwihihihi
Ketika disodorin topik kopi, otak saya langsung tertuju ke Semerbak. Salah satu produsen kopi lokal yang kiprahnya di Indonesia udah banyak menginspirasi khalayak ramai. Mendadak pengen terbang ke rumahnya Om @iwanagustian dan @muadzin. Mereka pasti khatam banget dah kalau diajak ngobrol tentang kopi. Pun dengan Mas Wientor Rah Mada, salah satu mentor bisnis saya yang merupakan pecinta kopi, pasti langsung menang deh kayaknya kalau nulis artikel tentang kopi Indonesia.
Gambar dari sini
Beberapa minggu yang lalu, pas lagi beresin rumah, seperti biasa saya suka nyalain tv. Saat itu acara Coffe Story dan tema saat itu adalah Kopi Sumatera. Salah satu varian kopi khas Indonesia, terkenal juga dengan sebutan Kopi Mandailing. Kopi yang memiliki tekstur kental, beraroma coklat, dan manis dari kopinya ini merupakan kopi Indonesia yang sangat terkenal di dunia.
Ada juga kopi luwak. Ah! Ini sih terkenal bangeeeeet. Berbagai sumber menyebutkan bahwa kopi ini merupakan kopi termahal di dunia! Wewww.. Padahal proses hadirnya si kopi ini dari kotoran binatang.. Wih, kok bisaaa ^^

Gambar dari sini
Nah, kalau berbicara tentang pamor kopi Indonesia di dunia, jangan salah loh… Kopi Indonesia adalah produk yang cukup populer. Negara kita menempati urutan ketiga setelah Brazil dan Vietnam, tapi itu di tahun 2012. Saya cek langsung di web Kemendag RI sih begitu, itu pun artikelnya nyomot dari sumber lain *sedih* belum nemu update per 2013. Kalau menurut web International Coffee Organization, Indonesia masih kalah sama Kolombia dan India loh. Coba aja disimak hasil rekapitulasi ekspor per bulan Juni 2013 di sini. Bagaimanapun, Indonesia tetep memiliki prestasi yang patut dibanggakan. Ada dua negara ASEAN yang berhasil menjadi primadona kopi di dunia, Indonesia dan Vietnam.

Menurut artikel yang saya baca dari okezone.com, posisi Kopi Indonesia di dunia menempati urutan setalah Vietnam. Penyebab utama mengapa prestasi Indonesia terkalahkan oleh Vietnam adalah karena faktor sumber daya manusianya. Huft, lagi-lagi yaaa..
Dulunya Vietnam yang berguru pada Indonesia mengenai kopi ini, dengan pengkaderan yang intensif dan tersebar merata, para tenaga kerja penggerak industri kopi lebih banyak di Vietnam daripada Indonesia. Padahal jika dicermati dari faktor alam, tentu Negara Indonesia jauh lebih bagus dan berkualitas. Kesulitan para produsen kopi pun terasa ketika berbenturan dengan harga pupuk yang sangat maha, jadi untuk memproduksi kopi Indonesia yang berkualitas yaa gak mudah. Hiks!
Hal ini seharusnya menjadi perhatian yang sangat penting untuk pemerintah. Hah? Pemerintah? Ah, belum tentu bener diurusinnya! *mulai apatis* Memang seharusnya hal-hal yang berhubungan dengan daya saing dan kerja sama antar negara adalah PR besar pemerintah, tapi bagi saya biarlah mereka yang pusing mikirin birokrasi dan diplomasinya aja. Kita sebagai masyarakat yang lebih banyak terjun langsung di lapangan harus muter otak terus gimana caranya biar kualitas Kopi Indonesia terus membaik. Kita, baik sebagai produsen kopi maupun penikmat kopi itu sendiri. Sekali lagi, kopi Indonesia itu ngangeni! Miss Coffee Internasional pun mengakui itu ketika menghadiri cupping test di kedai Excelso. Catherine Ramirez suka banget sama kopi luwak dari Indonesia bahkan pengen banget bawa kopi ini pulang ke negaranya ^^ -sumber berita dari sini
Baiklah. Baik Indonesia dan Vietnam memiliki ‘kecantikan’ kopinya masing-masing. Lalu, mungkinkah kita berkolaborasi dengan negara Vietnam untuk merebut pasar dunia? Yaa kenapa engga! Toh di awal sudah disebutkan bahwa dulu pun Vietnam memulai kiprahnya di dunia perkopian karena belajar dari Indonesia. Dua negara ASEAN yang merupakan primadona kopi ini tentu bisa bersinergi untuk terus berinovasi menghasilkan kreasi kopi terbaik untuk seluruh penduduk di muka bumi ini ^^
Seperti yang mentor bisnis saya pernah katakan, justru kita itu butuh teman (baca:saingan) untuk terus meningkatkan kualitas produk. Kalau teman-teman pernah ke Bandung dan melewati sepanjang jalan Trunojoyo, teman-teman akan disuguhi oleh kumpulan toko distro dengan brand yang berbeda-beda. Apakah mereka merasa rugi karena ada kompetitor mejeng di sebelahnya? Tentu saja tidak, justru kompetitor yang berkumpul itulah yang saling menguatkan dan bikin sepanjang jalan itu jadi ramai. Dan masih banyak lagi contoh kawasan lain yang dipenuhi oleh jenis produk yang serupa, itu menandakan bahwa bersinergi dengan kompetitor itu bagus efeknya kalau dijalankan dengan benar. Sama halnya dengan persaingan dagang antara Indonesia dan Vietnam, kalau bisa bekerja sama dengan baik, wuih pasti bisa menghasilkan gebrakan kopi yang dahsyat dari ASEAN.
Yuk ah, kita dukung terus produksi dalam negri dan setiap kerjasama yang terjalin antar negara ASEAN. Komunitas ASEAN 2015 nanti harus menjadi momentum untuk melejitkan citra negara berkembang menjadi negara maju di kancah perdagangan dunia.
Saya, siap jadi bagian daripadanya!
#10daysforASEAN #day5
Salam hangat,
@asriFit
IBU MUDA
-bukan pecinta kopi, tapi tidakk nolak untuk diajak ngopi-