Frase ini udah amat sangat populer. You are what you eat, blah!
and so what next? Banyak banget buku, artikel, interview, dan obrolan ringan tentang frase ini. Lalu apakah kita menjadi lebih aware dengan apa yang kita makna? Not exactly.
So, di tulisan kali ini saya mau sedikit sharing tentang hal yang berhubungan dengan frase di atas. You Are What You Eat.
Tulisan ini terinspirasi dari kegiatan saya akhir-akhir ini yang ngikutin banget serialnya How I Met Your Mother. Ada yang suka nonton? Seru yaaa ๐
Saya nonton ini karena alur cinta yang suka bikin kejutan dan reversing-nya yang apik. Keren ajaa. Meskipun sebenernya karakter dari masing-masing mereka kurang begitu patut dijadikan panutan (menurut saya). Well, saya mencoba mengambil hal positif yang bisa saya dapat dari film ini. Pertama adalah kosakata bahasa inggris saya yang bertambah gara-gara sering nonton film bule dengan tentunya pakai subtitle bahasa inggris biar makin pol belajarnya. Yeaaa.. alhamdulillah sih, kemampuan untuk pake bahasa inggris dalam obrolan atau tulisan juga bertambah. Sebenernya ini bukan hal pertama saya keranjingan nonton film bule. Tapi efek setelahnya kurang lebih sama, jadi seneng ngomong pake bahasa bule.
Lalu apa hubungannya sama frase You Are What You Eat?
Begini… Eat di sini bukan cuma tentang makanan buat saya, tapi semuaaa hal yang kita masukan ke dalam diri kita. Makanan bagi pencernaan, pikiran, dan juga rasa. Lately, saya secara rutin nonton film bule dan itu ngaruh sama gaya hidup dan pola pikir saya, emm entah yaa apakah ini saya aja atau emang kayak gitu.
Respon yang saya keluarkan ketika menghadapi suatu hal kadang mirip-mirip sama karakter yang ada di film itu, keinginan dekorasi rumah mirip-mirip sama film itu. Intinya sih sedikit banyak saya terbius sama apa yang ada dalam film itu. Emmm, mungkin ini yang dimaksud dengan salah satu teori yang pernah saya dapat di Ecamp, tentang kita akan terpengaruh (cukup) banyak dari apa yang kita masukkan ke dalam pikiran kita. Apalagi hal-hal seperti film, buku, dan musik akan amat sangat mudah menyerap dalam diri kita.
Nah, saya jadi mikir.. beneran deh emang kalau mau nonton, baca, atau denger musik itu harus pilih-pilih. It will affect our mood and what we think. Daaaaan kalau hal-hal yang berbau kesenangan dunia itu emang gampang banget bikin nyanduuu yaa daripada hal-hal yang ada hubungannya sama ritual ibadah. Saya jadi lebih semangat nerusin serial HIMYM daripada nerusin ngaji yang belum kelar target hariannya. Jadi suka telat shalat dhuha karena penasaran sama episode selanjutnya. Astagfirullahaldziem.. Itu sih emang saya nya aja yang gak bisa nge-rem. Hehehe… (jangan ditiru).
Saya jadi mikir lagi, kalau misalnya kita ketemu orang dan ingin tau orang itu seperti apa, mulai tanya aja apa film kesukaannya, buku yang suka dia baca, musik yang sering dia denger dan tanya juga sesering apa mereka melakukannya. Kuranglebih karakter dia ga akan jauh beda sama apa yang dia ‘makan’.
Setiap orang punya pilihan hidupnya masing-masing. Mereka akan memilih ‘makanan’ apa saja yang baik untuk kehidupan mereka sendiri. Buat saya pribadi, ‘makanan’ terbaik adalah yang membuat kita semakin dekat sama Allah. Semakin selamat dunia akhirat dan gak kecanduan hingga kerjaan lain terbengkalai (mencoba menampar diri sendiri karena kalau udah keasyikan nonton suka lupa kalau harus nyuci baju, hahahaha).
So, I decided to read Quran more often than any others book, I prefer listen positive music than mellow dramatic lyric, and watch something good (kalaupun film-nya gak baguis yaa jangan sering-sering). Everything that can make my brain smarter and my heart more adem ๐ Mungkin terdengar idealis, tapi kenapa engga. Gak ada yang salah dengan menjadi idealis. Meski sulit tapi pasti worth it.
So, what’s your ‘food’ ?
Gambar diambil dari sini