Asri Fitriasari

Dokter Gigi | Founder KIMI | Your Decluttering Companion 🍀

kisah inspiratif

Suatu hari seorang wanita belia mewakili kedua orang tuanya untuk melakukan takziyah, melayat rekan ayahnya yang baru saja wafat karena kecelakaan.

Lia          : Assalamu’alaikum..

Ibu         : Waalaikumsalam.. Eh ada Lia, masuk nak!

Lia          : Iya. Terima kasih. Bu, maaf yha Lia baru bisa melayat. Awalnya Lia mau nunggu papa dan mama pulang dulu dari Makasar, tapi kata papa Lia duluan saja melayatnya, gak enak sama Bu Hadi.

Ibu         : Ya Allah, jadi merepotkan Lia dong kalo gini. Gak apa-apa. Kemarin pun rame sekali nak yang mengantar bapak ‘pulang’

Lia          : Subhanallah… Lia turut berduka cita yha Bu.. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan.

Ibu         : Insya Allah. Semua sudah ada yang mengatur, nak… Memang sudah waktunya bapak ‘pulang’. Insya Allah kita sekeluarga, ibu dan anak-anak ikhlas bapak pergi.

Lia pun betapa kagumnya melihat senyum Ibu itu yang begitu manis dan tulus seakan sebelumnya tidak ada suatu kejadian sedih yang menimpanya.

Ibu         : Ibu sangat bersyukur Nak… Allah menganugerahkan Ibu suami yang shaleh. Banyak pencerahan yang bapak berikan selama hidupnya. Bapak selalu mengajarkan bahwa semua yang kita punya itu milik Allah. Tak ada satu pun bahkan setetes keringat pun itu bukan milik kita, semuanya milik Allah. Itulah Nak yang membuat kami selalu kuat menghadapi apapun tantangan hidup yang Allah berikan. Kata bapak, saking sayangnya Allah sama kita, Allah banyaaaaaak sekali meminjamkan nikmatNya untuk kita. Nikmat usia, nikmat iman, nikmat berkeluarga, nikmat mampu memberi ahh.. terlalu banyak Nak… Bahkan menyebutkannya satu persatu pun tak cukup satu masa hidup. Walaupun kesibukannya menjadi ketua yayasan yang sudah harus berangkat pagi dan pulang malam hari tetap saja menyempatkan diri mengaji, sepertiga malam terakhirnya ia habiskan dengan shalat dan bertafakur. Kata beliau, sesibuk apapun kita, hak-hak amal yaumiyah harus tetap terpenuhi karena itu adalah penguat dan yang melancarkan semua urusan kita. Itulah saat-saat kita berinteraksi dengan Allah, Dzat Yang Maha Meminjamkan dan Memberi Rizki. Beliau sangat peduli dengan sesamanya. Setiap hari pasti ada saja yang dibawanya untuk oleh-oleh Bu Laksmi, tetangga kami yang sudah tua dan hidup sendiri. Setiap subuh pasti nyamperin kamarnya Radit, ngajakin shalat di Mesjid. Kata bapak, malu kalo laki-laki shalatnya gak di Mesjid. Pulang dari mesjid bapak pasti keliling komplek, menyapa para tetangga, kalo ada yang dapet musibah pasti bapak tolong. Ah bapak, bapak… Ibu jadi kangen =)

Cerita Bu Hadi membuat Lia berkaca-kaca, ia begitu kagum akan sosok Pak Hadi yang sangat sederhana tapi banyak kemuliaan yang menghiasinya. Lia mengerti kenapa senyum itu begitu manis terulas di bibir Bu Hadi, ia telah disiapkan bapak untuk kuat. Lia pun tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Beberapa pertanyaan Lia  tanyakan kepada Bu Hadi tentang keistimewaan bapak yang lain.

Lia          : Bu, kog bisa sih Pak Hadi yang super sibuk itu tetap bisa melakukan hal di luar pekerjaannya, berderma, mengaji dan melakukan ritual shalat tahajud. Kog sempet yha? Gak cape apa?

Ibu         : Yah pasti sempet Nak karena DISEMPATKAN. Manusia selalu pintar cari alasan untuk mengelak. Sesempit apapun waktu pasti sempat. Lha wong Dia juga Yang Memberi Waktu yha gak? Cuma kitanya aja yang males. Bapak bilang, amal yaumiyah itu ajaib. Semakin kita mengerjakannya semakin banyak waktu yang kita punya. Dunia dan akhirat itu harus seimbang. Klise yha Nak? Tapi memang begitu seharusnya, daripada kita menyesal.

Lia          : Ya ampun Bu, saya malu banget. Saya gak sesibuk Pak Hadi tapi kok ibadahnya masih rajin Pak Hadi juga yha? Dan kayaknya banyak banget yang Pak Hadi lakukan dalam sehari. Padahal saya sama Pak Hadi sama-sama punya waktu 24 jam.

Ibu         : Nah, kira-kira kenapa tuh?

Lia          : Saya nya aja kurang ngeh dan memanfaatkan waktu. Aduh nyesel banget…

Ibu         : Alhamdulillah. Kalo sudah menyesal, jangan lupa diperbaiki. Insya Allah, Allah akan menuntunmu Nak..

Lia          : Baiklah kalo begitu Bu, sepertinya sudah sore. Saya mau pamit pulang yha Bu. Terima kasih banyak. Hari ini saya mendapat pelajaran yang paling berharga. Semoga bisa bermanfaat untuk kehidupan saya dan bisa saya sebarkan ke teman-teman. Mangga Bu..

Ibu         : Iya sama-sama, terima kasih juga yha Nak sudah mau menyempatkan melayat ke sini. Salam buat mama dan papa mu yha!

Lia          : Insya Allah. Mari, Bu! Oya bu, mau tanya satu lagi! Apa sih yang akan membuat Ibu selalu mencintai dan mengenang Pak Hadi sampai nanti?

Ibu         : Rasa takut dan cintanya kepada Tuhan, itu yang selalu membuat Ibu tidak berhenti menaruh cinta pada bapak, dari mulia menikah hingga sekarang. Walaupun bapak kurang bisa mendengar, walaupun bapak kakinya pincang, tapi hatinya begitu sempurna. Itulah Nak.. kekayaan bapak yang selalu kami jaga.

Lia          : Subhanallah buuuu >_< Mudah2an saya juga bisa punya suami yang hatinya penuh cinta Allah yha bu!!!

Ibu         : Insya Allah. Wanita shaleha kayak kamu dapetnya laki-laki shaleh =)

Lia          : AMIIIIIIIIIIIIIN!

Sepulangnya Lia dari rumah Bu Hadi itu pun ia bertekad untuk selalu memperbaiki dirinya, semakin belajar ikhlas, pantang mengeluh, karena apa yang dia dapat tadi bahwa semuanya milik Allah. Semua nikmat dan musibah entah kapan datang dan perginya.

*Terinspirasi dari sebuah kisah nyata. Semoga bermanfaat =)

2 responses to “kisah inspiratif”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: